Misteri Freeport, Indonesia dalam bahaya

  • 26 April 2017

Soekarno, JFK dan Freeport.

Pertamanya saya ingin menulis tentang “Bicara Politik”. Sebagai lanjutan tulisan saya sebelumnya. Namun saya tangguhkan, karena ada yang ingin saya dahulukan.

Freeport selalu menarik perhatian saya. Sejak kecil, beberapa kali saya mendengar nama itu dari ayah saya. Tapi Freeport bukan topik utama. Sebenarnya ayah sedang menceritakan tentang Presiden Soekarno. Tentang persahabatannya dengan Presiden Amerika John F. Kennedy.

Menurut beliau, kedua presiden itu memiliki banyak persamaan, sama-sama presiden termuda waktu itu. Sama-sama ganteng, karismatik, dan sama-sama enggan dikawal terlalu berlebihan. Tentunya, juga memiliki banyak kesamaan pandangan.

Namun persahabatan itu sangat singkat. John F. Kennedy tewas tertembak.

Dalam kesedihan, Soekarno menatap penulis biografinya, Cindy Adams, “Katakan padaku, kenapa mereka membunuhnya?”.

Lantas saya memotong cerita ayah, “ Iya ayah, kenapa Kennedy di bunuh?”.

Ayah saya menggeleng, “Presiden Soekarno saja tidak tahu, apalagi saya ?”.

Dan kami sama-sama terdiam, tenggelam dalam pikiran masing-masing.

Simpang siur tentang Freeport

Di Amerika dikabarkan, cadangan emas di Papua adalah yang TERBESAR di dunia, cadangan tembaganya nomer TIGA terbesar di dunia.

Berbagai informasi tentang Freeport pernah saya baca. Namun saya kuatir, informasi dari dalam negeri bias atau tidak netral. Lalu saya fokus mencari informasi dari luar negeri.

Akhirnya saya menemukan Trump’s Indonesian Allies In Bed With ISIS-Backed Militia Seeking to Oust Elected President. Namun banyak tanggapan di Indonesia, bahwa itu hoax. Ya sudahlah. Saya tidak suka hoax, dan anti hoax.

Saya tidak tertarik analisa dia tentang Ahok. Saya tertarik, hanya karena dia menyebut Freeport. Ada kabar beberapa pihak di Indonesia, akan menuntutnya. Jadi mari kita tunggu perkembangan tuntutan itu. Sekalian tabayyun di pengadilan.

Menurut tulisannya sendiri di tahun 2014, bahkan dia menyatakan siap, diadili di pengadilan Indonesia. 21 April 2017, di akun Twitternya, lagi-lagi dia menantang TNI untuk menuntutnya.

Jika dia biang hoax, berarti orang ini memang benar-benar kurang ajar. Saya harap, pihak-pihak yang dirugikan, terutama TNI, benar-benar menuntut Allan Nairn. Agar bisa diungkap kebenaran yang sesungguhnya.

Tantangan Allan Nairn

Jika benar, akan banyak fakta-fakta hukum tentang Freeport, terungkap di pengadilan. Jika tidak benar, biarlah dia merenungi kenyinyirannya di penjara.

Ternyata Freeport sudah menjadi rahasia umum di Amerika

Yang saya temukan cukup mengejutkan. Freeport dan segala hal tentangnya, ternyata dibicarakan dan ditulis dengan bebas di Amerika.

Yang lebih mengejutkan lagi, tidak sedikit orang Amerika yang mengaitkan kematian Kennedy dengan Freeport.

Wow, seandainya saya membacanya lebih awal, sebelum ayah saya meninggal tahun 2010. Tentu saya bisa membahasnya dengan ayah saya, menyambung percakapan kami di masa lalu. Tentang idola yang dikaguminya.

Membaca Lisa Pease, saya agak sulit untuk meragukannya. Karena ditulis oleh orang Amerika untuk konsumsi Amerika sendiri. Tidak ada niat untuk menyenggol Indonesia. Seperti tulisan Allan Nairn.

Jika merunut tahun terbitnya tahun 1996, dibukukan tahun 2003, dan masih dijual bebas sampai sekarang tahun 2017. Selama itu, belum menimbulkan kehebohan atau tuntutan hukum di Amerika maupun di Indonesia.

Tapi saya terus menjaga sikap kritis saya. Sesuai pesan guru saya, sikap yang dipuji untuk setiap pelajar ilmu sosial adalah JANGAN GAMPANG PERCAYA. Anggap semua kebenaran hanyalah kebenaran sementara. Sampai ditemukan yang lebih benar lagi.

Data-data media internasional tentang Freeport

JFK, Indonesia, CIA & Freeport Sulphur, artikel itu ditulis oleh Lisa Pease. Diterbitkan oleh majalah Probe edisi Maret-April 1996.

Versi yang lebih lengkap, ditulis dalam sebuah buku berjudul “Pembunuhan” = The Assassination, terbit tahun 2003. Sampai sekarang bukunya masih dijual bebas di toko online Amazon.

Untungnya anda bisa membaca versi singkat dalam Bahasa Indonesia di Liputan Khusus Kompas yang diterbitkan tanggal 6 April 2016.

Tulisan lainnya

Tulisan dengan bahasa yang lebih kasar

Tulisan ini bahkan menggunakan judul yang profokatif:

Amerika dibangun dengan emasnya Indonesia di Papua Barat.

America is Built From Indonesia West Papua Gold

Wawancara dengan Greg Poulgrain

Penulis buku “The Incubus of Intervention: Conflicting Indonesia Strategies of John F. Kennedy and Allen Dulles”.

The CIA’s Involvement in Indonesia and the Assassinations of JFK and Dag Hammarskjold

Tulisan akademisi Australia

Freeport’s troubled future ditulis oleh Denise Leith. PhD di Majalah Inside Indonesia edisi 67 Juli-September 2001, dipublikasikan di internet tahun 2007.

Petisi melawan Freeport

Saya agak aneh, karena beberapa petisi ditutup sebelum selesai

Indonesia dalam bahaya

Saya cukup takjub dan ngeri. Jika secara garis besar semua tulisan di atas, SEDIKIT saja BENAR, berarti Freeport bukan HANYA perusahaan lemah yang bisa disepelekan.

Seorang John F Kennedy dan Sukarno pun bisa tumbang. Mampukah presiden yang sekarang bertahan dan selamat ?

Berkaca dari semua tulisan di atas. Saya juga memperhatikan opini dari beberapa analis Indonesia. Pada umumnya mereka memperingatkan ancaman proxy war dengan pola sebagai berikut:

  • Bantuan rahasia untuk gerakan separatis di seluruh Indonesia untuk meruntuhkan stabilitas negara. Dan memudarkan kepercayaan rakyat kepada pemerintah.

  • Menyuburkan, memperbanyak kelompok radikal dan garis keras.

  • Mengacaukan tatanan ekonomi dan politik. Memainkan isu moneter dan finansial. Krismon 1998 yang konon dinisiasi oleh George Soros, mungkin akan diulang kembali.

  • Membuat isu internasional seperti yang pernah dijalankan dengan sukses di Irak, Libya dan sekarang Suriah. Isu pelanggaran HAM dan isu-isu lama, mungkin akan dibangkitkan kembali.

  • Media sosial akan banjir dengan fitnah, hoax, ujaran kebencian dan desas-desus. Yang sekarang belum seberapa, mungkin nanti kita akan mendapatkan 100 atau bahkan 1000 kali lipat dari yang ada sekarang.

  • Menciptakan dan memperbesar konflik di Papua, sampai terjadi kerusuhan sipil dengan skala penuh. Lalu di arahkan menjadi perang saudara. Kemudian diselesaikan dengan referendum. Pola yang telah terbukti sukses, memisahkan Timor Leste dari Indonesia.

Namun skenario ini mungkin tidak akan dijalankan, jika pemerintah sekarang berhasil ditaklukan, menyerah terhadap keinginan Freeport dan Amerika.

Sukarno dan John F Kennedy

Diskusi

Sampai di sini, saya berharap anda sudah membaca tulisan-tulisan yang disebutkan di atas. Paling tidak, yang terjemahan bahasa Indonesia di Kompas.

Pertanyaan:

  • Apa pendapat anda, atas tulisan-tulisan di atas ?
  • Apakah cukup layak untuk dipikirkan ?
  • Apa yang sebaiknya dilakukan oleh Bangsa Indonesia ?
  • Dan apa yang sebaiknya tidak dilakukan ?

Di satu sisi saya setuju dengan yang dilakukan pemerintah Indonesia. Di sisi lain saya masih meragukan. Kenapa ? Karena Freeport menambang secara legal, resmi, dilindungi undang-undang.

Apapun yang dilakukan pemerintah berpotensi sia-sia, jika tidak dengan dasar peraturan dan perundang-undangan yang jelas. Mau diperkarakan ke manapun, pemerintah Indonesia akan kalah.

Selama segala peraturan dan perundang-undangan yang melindungi Freepot selama 50 tahun, belum direvisi.

Pemerintah sebenarnya bukan sedang melawan Freeport, tapi melawan produk hukum, peninggalan parlemen di masa lalu. Yang wajib dijalankan oleh pemerintah sekarang.

Umur pemerintah “tinggal” dua tahun lagi. Sedangkan kontrak Freeport masih panjang. Wajarkah jika ada yang pesimis ?

Untuk para pakar hukum & konstitusi mohon petunjuk, sebenarnya dari sudut pandang hukum, apakah yang terjadi antara Freeport dengan pemerintah Indonesia ?

Pertanyaan:

  • Apakah saran anda kepada pemerintah, agar bisa mengambil kebijakan yang benar dan tepat ?
  • Mungkinkah presiden bisa berbuat banyak tanpa dukungan PARLEMEN ? ( 50 tahun Freeport kita sudah merasakan 6 presiden, dan Freeport masih ada, jaya di udara )
  • Menurut anda, apakah yang bisa dilakukan PARLEMEN, untuk mendukung niat baik pemerintah ?
  • Apakah PARLEMEN sebaiknya melakukan tindakan sesuai kapasitasnya sebagai legislator ?
  • Perlukah PARLEMEN menjalankan tugasnya merevisi, merubah, memperbaiki & membuat peraturan perundang-undangan, yang berkeadilan dan berpihak kepada rakyat ?
  • Atau cukup mengkritik saja, apapun yang dilakukan oleh pemerintah ?

Stop dulu

Tulisan ini masih bisa panjang, tapi penulis mulai lelah, saatnya pulang ke rumah.

Terima Kasih sudah meluangkan waktu untuk membaca.

Ngomong tentang Indonesia dan dunia